(Ayat Bacaan)Mazmur 13:3a
"Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?"
Putus
cinta sungguh menyakitkan. Sebagian besar dari kita tentu pernah
merasakannya. Sebuah hubungan yang sudah terjalin sekian lama, koneksi
antar batin yang sudah terjalin, akan terasa sangat perih ketika
hubungan harus terputus karena satu dan lain hal. Seorang teman saya
sedang mengalaminya. "Perih banget, mau gila rasanya.." katanya sambil
menahan tangis. Hubungannya memang terbilang masih singkat, masih kurang
dari 6 bulan. Tetapi menurutnya hubungan itu sudah sangat dalam. Saling
mencintai, hari-hari dijalani berdua dengan indah dan penuh
kebahagiaan, namun ternyata harus putus karena orang tua kekasihnya
tidak setuju. Dalam seketika sang kekasih memutuskan untuk menghentikan
semua hubungan, baik dari chatting, jejaring-jejaring maya, telepon
bahkan sms sekalipun secara tiba-tiba. Tampaknya ia ingin belajar
secepatnya hidup tanpa kehadiran orang yang ia cintai, mungkin itu cara
yang harus ia ambil untuk secepatnya melanjutkan hidup. Namun tak pelak
teman saya pun terpukul karena semuanya berubah drastis dalam waktu yang
sangat singkat. Ia kelimpungan, kesakitan dan merasa hancur. Waktu
terasa berjalan sangat lambat dan setiap detik rasa perih menusuk hati
pun terasa. Tidak mudah memang mengalami kejadian putus cinta seperti
ini apalagi jika itu terjadi karena pihak lain dan bukan karena tidak
lagi saling cinta. Ada banyak orang yang tidak tahan hingga harus
memutuskan untuk melakukan tindakan bodoh dengan mengakhiri hidup
mereka.
Ditinggalkan orang yang kita kasihi tentu sakit rasanya.
Bagai luka menganga, seringkali luka itu akan terus meninggalkan bekas
dan tidak akan bisa sembuh dalam waktu singkat. Dalam saat-saat seperti
itu kita seringkali merasa seolah-olah Tuhan tidak peduli terhadap
penderitaan kita, karena rasa perih yang kita derita dari detik ke detik
terasa begitu menyakitkan. Seolah-olah Tuhan memalingkan mukanya
bersembunyi dari kita. Itu yang dirasakan pula oleh Daud ketika ia
tengah gelisah dan bersedih. "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?"
(Mazmur 13:2). Apakah Tuhan memang begitu tega meninggalkan kita ketika
kesedihan tengah mendera? Tentu tidak. Tapi kita bisa saja merasakan
seperti itu akibat tekanan beban yang terus menyiksa. "Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?"
(ay 3a). Kita tentu ingin Tuhan segera turun tangan memberi kelegaan,
tetapi ada kalanya Tuhan membiarkan kita mengalami itu semua terlebih
dahulu. Bukan untuk menyiksa, tetapi sebagai pelajaran bagi kita.
Mungkin Tuhan mau kita belajar untuk menjadi lebih kuat, lebih tegar.
Mungkin Tuhan mau kita belajar dari kesalahan terlebih dahulu, jika
masalah timbul akibat kesalahan kita. Mungkin Tuhan sedang melatih iman
kita agar mulai mengandalkan Tuhan di atas segalanya. Mungkin Tuhan mau
mengajarkan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, semua adalah
milikNya dan kapan saja Dia berhak mengambilnya. Atau alasan-alasan
lainnya yang dipandang baik oleh Tuhan. Tapi satu hal yang pasti, semua
itu pasti bertujuan untuk mendatangkan kebaikan, dan itu haruslah kita
sadari agar kita tidak terlena dalam kesedihan berlarut-larut.
"Consider and answer me, O Lord my God.." "Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku!" (ay
4). Daud pun berseru dalam kesedihannya. Betapa doa seperti inipun
sering kita panjatkan dengan lirih ketika kesedihan begitu menyesakkan
dada. Namun bedanya, Daud tidak mau berlama-lama tenggelam dalam
keluhannya. Segera ia mengingatkan jiwanya agar kembali percaya dan
mengandalkan Tuhan. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu." (ay
6a). Bahkan lebih dari itu, dia pun menyanyi bagi Tuhan, sebab meski
dalam keadaan sedih sekalipun Daud yakin bahwa Tuhan telah berbuat baik
kepadanya. (ay 6b). Hal seperti inilah yang seharusnya kita lakukan.
Jiwa yang penuh duka lara, hati yang serasa teriris perih tidak akan
mampu berbuat apa-apa jika kita tidak segera diingatkan agar kembali
percaya kepada pertolongan Tuhan, yang pasti akan datang pada saatnya.
Itulah yang dilakukan Daud. Lihatlah sebuah seruannya yang sudah tidak
asing lagi bagi kita. "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:12). Ingatlah bahwa berharap kepada Allah tidak akan pernah berakhir percuma. "Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58b).
Dengarlah satu lagi berita baik ini: Tuhan tahu persis bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan oleh patah hati! "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka."
(Mazmur 147:3). Lihat bagaimana Tuhan berjanji untuk menyembuhkan dan
membalut luka-luka yang timbul akibat putus cinta atau patah hati
langsung dengan tanganNya sendiri. Bukankah janji ini indah? Tuhan siap
untuk merawat kita hingga pulih seperti semula.
Ketika kita
sedang mengalami kesedihan mendalam, baik ketika kita ditinggal oleh
orang yang sangat kita sayangi atau mungkin baru mengalami putus cinta
dan sebagainya, tidaklah salah untuk mengambil waktu berduka dan
berkabung untuk sementara. Ada kalanya kita perlu mengambil waktu khusus
seperti itu untuk kembali memulihkan diri kita. Namun janganlah larut
dalam kepedihan terlalu lama. Manfaatkan waktu-waktu itu untuk kembali
merenungkan kebaikan Tuhan dan ingatkan jiwa kita untuk memandang Allah
dan dengan sabar menantikan penguatan daripadaNya. Pakailah waktu-waktu
itu untuk belajar dan melatih banyak hal dari dalam diri kita. Percaya
dan berharaplah terus kepada Tuhan, dan jangan lupa untuk tetap mengucap
syukur. Tuhan akan segera memberi kekuatan kepada kita untuk kembali
melangkah melanjutkan perjalanan hidup kita. Jangan biarkan kesedihan
terus menguasai kita berkepanjangan, jangan sampai kehilangan
pengharapan terlebih janganlah tergoda untuk melakukan tindakan bodoh
yang bisa berakibat fatal. Tetap pegang janji Tuhan, percayalah
sepenuhnya kepadaNya. Tuhan tidak akan menutup mata dari penderitaan
kita, dan pada saatnya Dia akan segera memberi kelegaan dan kekuatan.
"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka."
(Mazmur 147:3)